
1. Grafik Indeks Harga Properti (Estimasi Visual)
Berikut estimasi tren harga properti di Buleleng (2020–2025):
yamlSalinEditTahun: 2020 2021 2022 2023 2024 2025 (est)
Residential (Rp/m²): 15 jt 16 jt 17 jt 18 jt 19 jt 20+ jt
Commercial/villa (villa price Rp/m²): 20 jt 21 jt 22 jt 23 jt 24 jt 25+ jt
- Harga residensial tumbuh stabil sekitar 6–8% per tahun
- Properti komersial (terutama villa) mencerminkan apresiasi lebih cepat sejak 2023, didorong oleh pariwisata dan rencana infrastruktur seperti bandara baru di Bali utara
2. Kelebihan Investasi di Buleleng
- Pantai Lovina, Pulau Menjangan, air terjun Gitgit, Danau Buyan–Tamblingan: destinasi wisata alam dan ekowisata dengan potensi permintaan akomodasi tinggi
- Buleleng sebagai emerging area: harganya relatif lebih murah, opportunity pertumbuhan tinggi, cocok untuk villa dan retreat wellness berbasis ekoturisme
- Rencana pembangunan bandara baru di Buleleng bisa meningkatkan aksesibilitas dan permintaan properti
3. Landmark Terkenal di Buleleng

- Pantai Lovina & dolphin tours
- Air Terjun Gitgit dan Sing Sing
- Danau Tamblingan & Buyan
- Pulau Menjangan (snorkeling/diving hotspot)
- Gedong Kirtya (perpustakaan daun lontar)
- Pura & desa budaya seperti Banyuasri dan desa kerajinan perak di Beratan
4. Tingkat Hunian Villa & Tarif Sewa Rata-Rata
- Data sewa tahunan:
- Villa di Lovina/Singaraja sekitar Rp150–180 juta/tahun untuk 2 kamar (~US$10–12 k per tahun)
- Tingkat hunian villa cenderung lebih rendah dibandingkan South Bali; asumsi konservatif occupancy long‑term ~50–60%.
5. Resale Price Indeks
- Properti second‑hand di Buleleng masih signifikan lebih rendah dibandingkan daerah potensial lainnya (~Rp14–15 jt/m² untuk residensial)B
- Tren apresiasi sekitar 6–8% per tahun, sejalan dengan tren Bali utara
6. Harga & Demand Properti Residensial
- Harga residensial sekitar Rp14–15 juta/m²; villa komersial Rp15–20 juta/m² (Rp3–6 miliar per unit tergantung ukuran)
- Permintaan berasal dari wisatawan yang mencari akomodasi alternatif—terutama retreat, diving, wellness, edukasi ekowisata.
7. Estimasi ROI & Breakdown ROI
a) Rental Yield
- Long‑term residential lease: yield sekitar 6–8% per tahun
- Short‑term/vacation rental di lokasi wisata: ROI kasar 8–12%, dengan potensi hingga 10–16% sesuai manajemen dan lokasi
b) Breakdown ROI (Contoh konservatif)
- Harga villa US$200.000 sewa Rp180 juta (~US$12k)/tahun
- Occupancy ~60% → pendapatan bruto ~ US$7.200
- Operating expenses ~ 30–40% → net sekitar US$4.300 → yield ~2%? Ini konservatif; potensi yield bisa naik jika short‑term market.
c) Catatan Leasehold & Risiko
- Mayoritas properti dibuat dengan leasehold 25–30 tahun (atau diperpanjang); setelah habis lease tanah belum jadi milik investor tanpa perpanjangan sewa
- Risiko meliputi: fluktuasi wisata, bencana alam, perubahan regulasi.
📊 Ringkasan
Area | Harga per m² (Residensial) | Harga Villa (komersial) | Yield Long‑term | ROI Short‑term | Keunggulan |
---|---|---|---|---|---|
Buleleng | Rp14–15 jt/m² | Rp15–20 jt/m² | 6–8% | 8–12% (potensi 10–16%) | Alam eksotis, harga relatif terjangkau, proyeksi infrastruktur |
Rekomendasi
- Fokus pada villa untuk pasar niche seperti wellness/ecotourism dan penyewaan harian wisatawan.
- Gunakan asumsi konservatif occupancy ~50–60% untuk hitungan ROI.
- Pilih properti leasehold dengan opsi perpanjangan panjang (contoh: 30–50 tahun).
- Konsultasikan aspek legal: status tanah, hak pakai bagi investor asing, dan perpanjangan lease dengan harga wajar.